Minggu, 23 November 2014

bagaimana aku akan mati?

"bagaimana aku akan mati?" wanita itu termenung, matanya kosong menatap kedepan. beberapa hari ini hatinya gundah, berkelut dengan banyak masalah tidak membuat senyumnya memudar sehingga orang - orang mengira dia baik - baik saja. wanita yang sudah menghabiskan waktu separuh abad itu bahkan tidak pernah memikirkan itu sebelumnya.

"kha, gimana mama din mati besok ya?" tiba - tiba kata itu meluncur dengan lancar tanpa batas. gadis yang dia sebut kha hanya tersenyum. "rahasia Allah, knp ma? kok tumben.." jawabnya. "iya, soalnya hari-hari ne mama din rasanya capek banget, tapi buat pergi tuh mama din bersemangat.." jelasnya. 

"kurang refreshing mungkin.." gadis itu melempar tersenyum, dia tahu bahwa wanita disampingnya saat ini memang sedang banyak masalah, ditambah lagi pekerjaan rumah yang tidak habis - habisnya, diusia tua seperti itu harusnya dia bersenang - senang ato minimal merasa tenang dengan hidupnya. 

"iya mungkin.. tapi gimana mama din mati besok ya? dirumah ato dirumah sakit, waktu ada paman Lis ato waktu gak ada paman Lis?" wanita itu hanya menatap kosong pada jendela di sampingnya. "Rahasia Allah ma.." gadis itu memecah lamunan. 

"keberat badannya mama din, kha.., haha, semuanya serba males.. baru duduk, trus kalo mau bangun keberatnya.."
"keemokoh lasing mama din ne..! coba diet caranyaa..."  
"hahaha...." keduanya tertawa.

"entah bagaimana kita akan mati.." gadis itu bergumam sendiri, sembari memperhatikan jemarinya. 'aku bahkan hanya meminjam tubuh ini.. terimakasih ya Allah'
keduanya lalu sibuk pada pikirannya masing - masing.. berfikir bagaimana ia akan mati, berfikir kemurahan Tuhan pada mereka, berzikir, merasakan betapa Allah begitu mengasihi mereka. 
'ah, bagaimanapun Aku akan mati,, waktuku mutlak milik Allah, semua hidupku, semuanya... jadi biarlah itu menjadi urusan Tuhan..'