Rabu, 24 Desember 2014

Qiro’at Al-Qur’an



Qira’at al-Qur’an disampaikan serta diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada para sahabatnya sesuai dengan wahyu yang diterimanya dari malaikat Jibril. Selanjutnya para sahabat menyampaikan dan mengajarkan kepada para tabi’in dan para tabi’in pun menyampaikan serta mengajarkannya kepada para tabi’ tabi’in dan demikian seterusnya dari generasi ke genarisi berikutnya. Qira’at al-Qur’an yang dikenal dan dipelajari oleh kaum muslimin sejak zaman Nabi hingga sekarang ternyata tidak hanya satu macam versi qira’at sebagaimana yang terbaca dalam mushaf yang dimiliki umat Islam sekarang.
 Qira’at memiliki  berabagi versi qira’at lain yang juga bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Sehinggga permasalahan perbedaan qira’at ini menjadi pembicaraan sebagian masyarakat Islam.Berbagai macam cara baca al-Quran diajarkan kepada masyarakat Islam sahabat-sahabat besar seperti Abdullah bin Masud, Ubai bin Ka’ab, Abu Darda’, dan Zaid bin Tsabit adalah generasi pertama. Abdullah bin Abbas, Abdul Aswad Dualli, Al-Qomah bin Qois, Abdullah bin Said, Aswad bin Yazid, Abu Abdirrahman Sulami dan Masruq bin Ajda’ adalah generasi kedua. Hingga kemudian mereka melahirkan generasi ketiga sampai kedelapan. Sejak saat itulah penyusunan qira’at dimulai dan setelah itu tujuh orang qari’ ditentukan
Istilah Fawatih as-Suwar terdiri dari dua kata yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan jamak dari fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah jamak dari surah, yang berarti surah, dan as-suwar bermakna surah-surah. Dengan demikian, istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”. Berdasarkan makna harfiah tersebut, maka secara istilah fawatih as-suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah al-Qur’an.
Dari segi makna bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah. Bila sebuah surah dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu biasa dinamakan ahraf muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi huruf tersebut cenderung “menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk sebuah kalimat secara kebahasaan. Namun, segi pembacaannya tidak berbeda dari lafaz yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Fawatih as-suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah-surah, ia merupakan bagian dari ayat mutasyabihat. Karena ia bersifat mujmal, mu’awwal, dan musykil. Jadi dapat disimpulkan bahwa fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surah yang mengawali sebuah surah dalam al-Qur’an.

untuk mengunduh dalam bentuk Ms. Word silak download to driki  
semoga membantu.. :)