Qira’at al-Qur’an disampaikan serta diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. kepada para sahabatnya sesuai dengan wahyu yang diterimanya
dari malaikat Jibril. Selanjutnya para sahabat menyampaikan dan mengajarkan
kepada para tabi’in dan para tabi’in pun menyampaikan serta mengajarkannya
kepada para tabi’ tabi’in dan demikian seterusnya dari generasi ke genarisi
berikutnya. Qira’at al-Qur’an yang dikenal dan dipelajari oleh kaum muslimin
sejak zaman Nabi hingga sekarang ternyata tidak hanya satu macam versi qira’at
sebagaimana yang terbaca dalam mushaf yang dimiliki umat Islam sekarang.
Qira’at
memiliki berabagi versi qira’at lain yang juga bersumber dari Nabi
Muhammad SAW. Sehinggga permasalahan perbedaan qira’at ini menjadi pembicaraan
sebagian masyarakat Islam.Berbagai macam cara baca al-Quran diajarkan kepada
masyarakat Islam sahabat-sahabat besar seperti Abdullah bin Masud, Ubai bin
Ka’ab, Abu Darda’, dan Zaid bin Tsabit adalah generasi pertama. Abdullah bin
Abbas, Abdul Aswad Dualli, Al-Qomah bin Qois, Abdullah bin Said, Aswad bin
Yazid, Abu Abdirrahman Sulami dan Masruq bin Ajda’ adalah generasi kedua.
Hingga kemudian mereka melahirkan generasi ketiga sampai kedelapan. Sejak saat
itulah penyusunan qira’at dimulai dan setelah itu tujuh orang qari’ ditentukan
Istilah Fawatih
as-Suwar terdiri dari dua kata
yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan jamak
dari fatihah yang berarti pembuka.
Sedangkan as-suwar adalah jamak dari surah, yang berarti surah,
dan as-suwar bermakna surah-surah. Dengan demikian,
istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka
surah-surah”. Berdasarkan makna harfiah tersebut, maka secara
istilah fawatih as-suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang
bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah al-Qur’an.
Dari segi makna
bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah karena
posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah. Bila sebuah surah
dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu biasa dinamakan ahraf
muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi huruf tersebut
cenderung “menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk sebuah kalimat secara
kebahasaan. Namun, segi pembacaannya tidak berbeda dari lafaz yang
diucapkan pada huruf hijaiyah.
Fawatih as-suwar adalah
kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah-surah, ia merupakan bagian
dari ayat mutasyabihat. Karena ia bersifat mujmal, mu’awwal, dan musykil. Jadi
dapat disimpulkan bahwa fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surah
yang mengawali sebuah surah dalam al-Qur’an.
untuk mengunduh dalam bentuk Ms. Word silak download to driki
semoga membantu.. :)