tidak terasa sekarang sudah tanggal 24 januari.
'sebentar lagi' bisikku dalam hati. umurku tidak lagi muda, sedangkan angan - angan masih saja merong - rong waktu yang ku miliki. bukan.. bukan.. harusnya yang kamu pikirkan sekarang adalah bagaimana kamu membahagiakan orangtuamu dan bagaimana kamu berdiri dari hasil keringatmu sendiri. bukankah jodoh itu milik Tuhan? bukankah semua alam semesta ini milik Tuhan? tapi jodoh tidak akan datang dengan sendirinya, lalu aku harus bagaimana? di umur yang sudah tidak lagi muda ini, bukan masalah harta yang membuatku resah, tapi menikah.
sudah beberapa kali aku harus melihat airmata ibu berjatuhan karena omongan tetangga yang semakin hari semakin membuatku gerah. 'perawan tua' bukanlah kata yang enak di dengar, apalagi ku akui sejak dulu aku selalu tertutup dengan laki - laki. aku terlalu banyak memilih kriteria calon suami. sudah banyak lelaki yang ku kecewakan karena dorongan nafsuku yang meninggi. 'ah, dia hanya lulusan SMP' 'ah, dia tidak sepintar mantanku dulu' 'ah, dia tampan, tapi jarang sholat' begitu terus yang berputar di pikiranku sampai tanpa ku sadari, kriteria itulah yang membuatku masih melajang hingga hampir memasuki kepala empat.
"nak.. ada yang mencarimu."ibu memasuki kamarku dengan wajah berseri.
"siapa bu?" tanyaku penasaran, karena tidak biasanya ada yang mencariku di malam minggu seperti ini.
"cowok, katanya mantan pacarmu waktu SMA." jelasnya dengan wajah berseri. 'siapa?' batinku, seingatku tidak pernah pacaran selama sekolah. pertama kali aku mengenal cinta, saat mengikuti pengajian umum yang diisi oleh Da'i muda bernama Raziq, saat itu aku masih menginjak 16 tahun dan cinta pertamaku hancur karena raziq ternyata telah beristri.
(bersambung)